- ABPEDNAS Tegaskan Komitmen Transparansi Desa, Jaksa Agung Jadi Ketua Dewan Pembina
- BNI Dukung Sean Gelael Tampil di Asian Le Mans Series 2025/26, Bawa Nama Indonesia ke Level Global
- SMKN 3 Jakarta Bekali Siswa Public Speaking dan Event Management Lewat Program Guru Tamu
- HMI Blitar Kritisi Pemerintah Lamban Penetapan Bencana Nasional
- Komitmen Wakil Rakyat Dukung Pembangunan Infrastruktur Daerah
- Anggota DPRD Barito Utara Sambut Baik Progres Penataan Jalan Pusat Kota Muara Teweh
- Tingkatkan Inprastruktur Kota, Pemkab Barut Laksanakan Proyek Pelebaran Jalan
- Menkop Resmikan Pembangunan Koperasi Kelurahan Merah Putih Sokoduwet di Pekalongan
- Pemkab Dan DPRD Siapkan Agenda Pembahasan Lanjutan Terkait Struktur Fiskal
- APBD 2026 Fraksi Aspirasi Rakyat Minta Strategi Pendapatan Konkrit
Polusi Udara Dikeluhkan Warga, Dinas LH Kabupaten Tangerang Diminta Tanggap

Keterangan Gambar : Pabrik yang diduga menimbulkan polusi
MEGAPOLITANPOS COM, Kabupaten Tangerang - Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang dinilai kurang tanggap atas Persoalan dugaan pencemaran udara yang disinyalir ditimbulkan oleh PT. MBC di wilayah kelurahan Kuta Baru, kecamatan Pasar Kemis.
Lambannya penanganan oleh dinas lingkungan hidup kabupaten Tangerang dalam menangani persoalan dugaan pencemaran udara disebut ketidak becusan kepala dinas dalam menjawab keresahan masyarakat akan keberadaan industri yang dikeluhkan tersebut.
Hal itu diungkapkan Ali Farham, SH, Ketua DPP Barisan Perjuangan Rakyat Jelata (BARATA) yang mengaku geram dengan lambannya kinerja dinas lingkungan hidup menyingkapi persoalan tersebut.
Baca Lainnya :
- HMI Blitar Kritisi Pemerintah Lamban Penetapan Bencana Nasional
- 2.9 Triliun Jadi APBD Majalengka 2026, Ini Alasannya
- Komisi IV Pastikan Penyaluran Bansos Tepat Sasaran Dengan DTSEN
- Komisi II Gelar Raker Dengan Perumda PPJ
- Diduga Menyimpang Terkait Volume Paving Lapangan Kelurahan Turi Layak Ditelusuri APH
"Sudah lebih dari satu bulan Persoalan ini kami laporkan dan diketahui, mereka cuma bilang akan ditinjau, namun hingga hari ini kondisi dilapangan masih sama, dimana dinas LH?," ungkap Aktifis yang akrab disapa H Ali senin (24/10/2022).
Dia menjelaskan berdasarkan informasi yang dia punya, kebisingan dan dugaan polusi udara yang dihasilkan disinyalir lantaran bahan bakar boiler yang digunakan saat ini menggunakan batubara.
"Mereka diduga menggunakan batubara untuk boilernya, tau sendiri kalau batubara tidak ditangani secara baik tentunya akan menghasilkan limbah berbahaya," jelasnya.
Ia menilai, dugaan pencemaran udara yang telah lama sepatutnya menjadi atensi dari dinas lingkungan hidup, hal itu dinilai perlu lantaran sudah banyak warga disekitar pabrik yang memilih hengkang dan menjual rumahnya.
"Aroma menyengat, kebisingan menjadi pemicu warga terpaksa pindah, inikan sama saja seperti terusik kenyamanannya," ungkap dia.
Untuk diketahui, Puluhan warga Kelurahan kutabaru Kecamatan Pasar kemis kabupaten Tangerang memilih menjual dengan harga murah rumahnya lantaran tidak tahan dengan aroma menyengat yang disinyalir dihasilkan dari polusi dari industri pengelohan plastik.
Hal itu diungkapkan salahseorang warga berinisial A yang mengaku memilih bertahan lantaran telah lebih dari 20 tahun tinggal dan berdampingan dengan lokasi PT Mitra Bangun Cemerlang
Ia menuturkan, selain aroma menyengat yang seringkali dirasakan warga, kebisingan yang dihasilkan dari mesin mesin juga disebutnya sebagai pemicu puluhan warga sekitar lebih memilih hengkang dan menjual murah rumah - rumahnya.
Penolakan - penolakan dari warga atas keberadaan industri tersebut sebelumnya telah dilakukan oleh warga sekitar hingga ke DPRD Kabupaten Tangerang, namun demikian hingga saat ini polusi udara dan kebisingan yang menjadi keresahan warga tidak mendapat respon positif dari pemerintah.
"Yang jelas kalau asep iya menyengat gitu, dulu sempet didemo ke DPRD oleh warga yang radius rumahnya berdekatan , tapi akhirnya kita cuma demo demo aja ya begitu aja,"jelasnya.
Ia menjelaskan, Aspirasi yang disebutnya kurang mendapatkan respon positif menjadikan warga pesimis akan kehadiran negara dalam menjawab keresahan masyarakat, sehingga warga lebih memilih menyerah dan menjual tanahnya dengan harga dibawah pasaran.
"Didemo kita ngga ada kekuatan, ya ngga dilayani sempat satu gang itu pindah semua hanya tertinggal satu orang dan itu sudah dibeli semua oleh mereka (perusahaan) karna dulu komplen kesitu ngga digubris ya pindah semua warga karna bau itu kayak aroma sangit sangit gitu," ujar dia.
Sayangnya hingga berita ini dilansir belum ada keterangan dari dinas lingkungan hidup Kabupaten Tangerang.(**)

















