Indonesia Pacu Transisi Energi Transportasi Lewat Biofuel dan Kendaraan Listrik

By Achmad Sholeh(Alek) 11 Sep 2025, 17:53:42 WIB Nasional
Indonesia Pacu Transisi Energi Transportasi Lewat Biofuel dan Kendaraan Listrik

Keterangan Gambar : EITS Discussion Series 2025: Apa Kabar Transisi Energi di Sektor Transportasi, di Jakarta, Rabu (10/9/2025).


MEGAPOLITANPOS.COM, Jakarta,– Pemerintah Indonesia terus mempercepat langkah menuju transportasi hijau sebagai bagian dari komitmen mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Arah besar kebijakan ini dilakukan melalui dua jalur utama: pengembangan biofuel dan percepatan ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai (KBLBB).

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi, menegaskan bahwa transportasi menjadi sektor kunci dalam roadmap transisi energi nasional.

“Transportasi adalah penyumbang emisi karbon terbesar. Karena itu, strategi elektrifikasi, bioetanol, biodiesel, hingga bioavtur untuk penerbangan, menjadi bagian penting dari grand design transisi energi kita,” ujar Eniya dalam EITS Discussion Series 2025: Apa Kabar Transisi Energi di Sektor Transportasi, di Jakarta, Rabu (10/9/2025).

Baca Lainnya :

PLN Percepat Ekosistem Kendaraan Listrik

Sejalan dengan kebijakan pemerintah, PT PLN (Persero) mengambil peran sebagai motor penyedia infrastruktur kendaraan listrik.

Executive Vice President Pengembangan, Pinjaman, dan Perizinan Proyek PLN, Moch Padang Dirgantara, menyebut PLN kini menjalankan strategi end-to-end, mulai dari pembangkitan berbasis energi terbarukan hingga penyediaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).

“Hingga September 2024, kami telah mengoperasikan 2.100 SPKLU di 1.463 lokasi. Setahun kemudian, jumlahnya melonjak dua kali lipat menjadi 4.216 unit di 2.800 lokasi dari Aceh hingga Papua,” jelasnya.

Dirgantara menambahkan, peluang investasi SPKLU kini terbuka luas. “Melalui Permen ESDM Nomor 182 Tahun 2023, siapa pun bisa ikut, mulai dari UMKM, koperasi, hingga individu. Ekosistem kendaraan listrik ini harus inklusif dan menguntungkan banyak pihak,” katanya.

Tantangan Insentif dan Daya Beli

Meski infrastruktur berkembang pesat, adopsi kendaraan listrik masih menghadapi kendala. Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Dr. Dina Nurul Fitria, menilai pertumbuhan pasar kendaraan listrik cenderung melambat setelah insentif pemerintah berakhir.

“Insentif pembelian, termasuk dukungan pembiayaan bank Himbara, sempat mendongkrak minat. Namun setelah subsidi dihentikan, ditambah daya beli masyarakat yang terbatas, angka penjualan menurun,” ujarnya.

Dina menambahkan, turunnya harga mobil konvensional juga membuat konsumen lebih condong ke kendaraan non-EV. “Kalaupun masyarakat mampu beli mobil baru, banyak yang tetap memilih kendaraan berbahan bakar fosil,” tegasnya.

Menuju Transportasi Hijau

Meski tantangan masih ada, pemerintah optimistis target NZE 2060 dapat tercapai. Kolaborasi lintas sektor—pemerintah, BUMN, swasta, dan masyarakat—diharapkan mampu mempercepat transformasi transportasi nasional.

Sinergi biofuel, elektrifikasi, hingga inovasi energi baru seperti hidrogen dan amonia akan menjadi kunci Indonesia menuju era transportasi hijau yang berkelanjutan.(Reporter: Achmad Sholeh Alek).




  • Ketahanan Energi Jadi Prioritas, Hulu Migas dan EBT Harus Berjalan Seimbang

    🕔20:19:07, 15 Des 2025
  • ABPEDNAS Tegaskan Komitmen Transparansi Desa, Jaksa Agung Jadi Ketua Dewan Pembina

    🕔15:17:05, 14 Des 2025
  • 6 Anggota Yanma Polri Jadi Tersangka Pengeroyokan 2 Matel di Kalibata Hingga Tewas

    🕔01:21:35, 13 Des 2025
  • Program MBG Kembali Disorot Usai Mobil Pengangkut Makanan Tabrak Siswa SD

    🕔21:46:53, 11 Des 2025
  • BRI Life Gerak Cepat Bantu Korban Banjir-Longsor di Aceh, Sumut, dan Sumbar

    🕔13:54:21, 09 Des 2025