- SMKN 3 Jakarta Bekali Siswa Public Speaking dan Event Management Lewat Program Guru Tamu
- HMI Blitar Kritisi Pemerintah Lamban Penetapan Bencana Nasional
- Komitmen Wakil Rakyat Dukung Pembangunan Infrastruktur Daerah
- Anggota DPRD Barito Utara Sambut Baik Progres Penataan Jalan Pusat Kota Muara Teweh
- Tingkatkan Inprastruktur Kota, Pemkab Barut Laksanakan Proyek Pelebaran Jalan
- Menkop Resmikan Pembangunan Koperasi Kelurahan Merah Putih Sokoduwet di Pekalongan
- Pemkab Dan DPRD Siapkan Agenda Pembahasan Lanjutan Terkait Struktur Fiskal
- APBD 2026 Fraksi Aspirasi Rakyat Minta Strategi Pendapatan Konkrit
- Bupati Jawab Usulan F PKB Terkait Pengawasan Csr Perusahaan Tambang
- BNI Dorong Digitalisasi dan Transparansi Rantai Pasok FMCG
Relawan Puan Maharani: Jangan Pilih Pemimpin karena Alasan Popularitas.
Jangan sampai kita terjebak dalam dominasi rezim popularitas

Keterangan Gambar : Ketua Umum Gema Perjuangan Maharani Nusantara (GPMN), Daddy Palgunadi
MEGAPOLITANPOS.COM: Jakarta-Dalam memilih pemimpin jangan semata-mata berdasarkan popularitas, tanpa melihat rekam jejak, latar belakang dan komitmennya terhadap kepentingan bangsa.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Gema Perjuangan Maharani Nusantara (GPMN), Daddy Palgunadi dalam Diskusi publik bertema "Suara Rakyat Dalam Oligarki Politik" yang digelar Forum Muda Kebangsaan di Jalan Taman Mpu Sendok No.12, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
"Jangan sampai kita terjebak dalam dominasi rezim popularitas yang menurut saya lebih cenderung emosional sesaat dan menyesal di belakang," kata Daddy yang dikutip Selasa (18/4).
Dalam memilih pemimpin, Daddy meminta publik menelaah lebih jauh lagi figur yang akan kita pilih.
"Apakah dia berkomitmen terhadap nilai-nilai kebangsaan yang selama ini telah mengakar kuat di masyarakat kita? Apakah dia kita yakini secara kuat akan melanjutkan pembangunan nasional yang sudah kita raih selama ini dan akan lebih maju selama periode kepemimpinannya," kata Daddy.
Daddy mengingatkan bahwa memilih pemimpin itu tidak boleh dipengaruhi oleh faktor emosional semata, seperti layaknya memilih seorang figur idola masyarakat.
Memilih seorang pemimpin nasional yang akan menentukan masa depan bangsa ini ke depan harus juga melibatkan faktor rasional yang melibatkan varian-varian penting dan melekat pada sosok calon pemimpin tersebut.
"Kita berbicara soal masa depan bangsa, bukan sekedar memilih layaknya memilih seorang idola publik. Dalam konteks ini, saya yakin partai politik memiliki hitungan-hitungan yang lebih matang, dan tentunya tetap mempertimbangkan aspirasi yang berkembang di tengah masyarakat," kata Daddy.
Daddy menambahkan, selain kualitas dan kredibilitas yang dimiliki oleh Capres dan Cawapres yang akan dipilih oleh masyarakat, yang tak kalah penting adalah konsep dan program yang ditawarkan oleh para Capres dan Cawapres yang dipilih.
"Apakah konsep dan program itu benar-benar diterima secara rasional dan diyakini dapat membuat bangsa ini lebih maju di periode berikutnya," sambung Daddy.
Selanjutnya, apakah program yang ditawarkan benar-benar menjawab permasalahan yang selama ini dihadapi oleh bangsa dan negara.
Faktor-faktor ini harusnya menjadi pertimbangan publik dalam menentukan pilihan mereka yang nantinya akan menjadi pertimbangan partai politik dalam mengusung Capres dan Cawapres dalam Pilpres 2024 mendatang.
Jika semua faktor-faktor tersebut menjadi dasar yang penting bagi publik, tentunya komunikasi politik antara partai politik dan konstituennya akan muncul secara otomatis.
"Ruang-ruang komunikasi antara elite dan publik secara otomatis akan terbangun karena telah memiliki persepsi dan ekspektasi yang sama persis," demikian Daddy.

















